Telaga Angker ini merupakan telaga yang terletak di dekat Desa Cilaga yang merupakan desa terpencil yang memiliki sedikit penghuni. Desa ini terletak di tengah hutan belantara dan merupakan desa yang dikenal sangat angker. Telaga ini telah dikenal keangkerannya karena telaga ini dapat berubah warnanya menjadi warna merah darah. Dan bila hal itu terjadi, maka hal itu menandakan bahwa akan ada yang meninggal dengan keadaan tidak wajar. Entah dengan cara yang aneh, ataupun karena penyakit yang mematikan.
Karena keangkerannya, desa yang berada di dekat telaga tersebut pun mulai berpindah satu persatu sehingga menyisakan 6 rumah saja yang berpenghuni.
Keangkeran telaga ini disebabkan oleh arwah seorang gadis yang dulu pernah diperkosa dan dibunuh. Lalu mayatnya dibuang begitu saja ke dalam telaga tersebut sehingga menyebabkan daerah tersebut diliputi kengerian yang tak berujung tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan arwah gadis tersebut tak terima dan ingin membalaskan dendamnya ke warga yang ada di sekitarnya.
Di sebelah telaga tersebut ada rumah yang dihuni oleh seorang pria yang bernama Agus dan keluarganya. Pria ini telah lama tinggal di sana dan telah mengalami banyak pengalaman mengenai keangkeran telaga tersebut. Pada suatu ketika, sebelah rumahnya dtinggali oleh pendatang baru yang bernama Ridwan yang notabene belum mengetahui apa-apa mengenai keangkeran telaga tersebut.
Pada suatu ketika, Ridwan terlihat mendekati telaga tersebut dan kebetulan berpapasan dengan Agus tepat di depan telaga tersebut. Kemudian Agus pun bertanya mengapa ia berada di sana. Ridwan pun mengutarakan maksudnya bahwa ia ingin melihat-lihat telaga tersebut dari dekat. Agus pun tak tinggal diam, ia pun segera melarang dan menggertak Ridwan agar ia tak mendekati telaga tersebut. Namun Ridwan pun malah semakin penasaran karena tak mendapatkan jawaban yang tepat mengapa ia dilarang mendekati telaga tersebut.
Karena Ridwan penasaran, maka ia mengambil sebuah batu kecil dan kemudian melemparkannya ke telaga tersebut. Setelah terdengar bunyi "plung" sebagai tanda batu tersebut telah tenggelam. Maka pada saat itu juga telaga tersebut berubah menjadi merah. Akhirnya, karena kaget bukan kepalang, Ridwan pun lari terbirit-birit bersembunyi ke dalam rumahnya. Dan tinggallah Agus yang mulai resah karena ia tahu benar apa yang akan terjadi setelahnya.
Keesokan paginya, warga pun menjadi gempar. Hal ini dikarenakan Ridwan telah meninggal dunia saat ia tengah menonton televisi. Ia terduduk diatas kursi dengan mata terbelalak. Dan kemudian warga pun menguburkannya dengan penuh duka. Mereka merasa kesal, cemas, dan takut, namun tak dapat berbuat apa-apa.
Karena resah, ada seorang warga yang berinisiatif untuk mencari dukun agar dapat mengatasi setan penunggu telaga tersebut. Seorang warga yang bernama Udin kemudian menemui seorang Dukun yang sudah cukup terkenal di daerahnya yang bernama Mbah Inem. Mbah Inem ini akhirnya tanpa ragu mendatangi telaga tersebut dan segera membacakan jampi-jampi saat tengah berada di sana. Baru saja ia memulai, telaga tersebut tiba-tiba saja airnya berubah kembali menjadi warna merah darah. Dan Mbah Inem pun pingsan seketika.
Setelahnya, Belum ada dukun yang berhasil menaklukkan si penunggu telaga tersebut. Namun pada suatu ketika, maka datanglah seorang Kyai yang menetap tinggal disana. Ia menetap disana karena pada perkampungan lainnya telah dipadati penduduk. Karena kebaikannya, para warga pun menyukainya dan mulai berguru agama padanya. Setelah itu, mereka pun mulai mendirikan masjid untuk beribadah. Dan lambat laun keangkeran telaga tersebut menjadi berkurang.
Kyai tersebut pun berinisiatif untuk berdzikir di tepi telaga tersebut. Dan kemudian ar telaga tersebut pun berubah warna menjadi merah darah, yang warnanya lebih pekat daripada yang sebelum-sebumnya. Air pun mulai bergejolak disertai dengan angin yang mulai berhembus kencang. Air telaga yang tadinya tenang tersebut mendadak pasang seakan hendak menenggelamkan desa tersebut.
Namun sang Kyai tersebut tak bergeming dengan keadaan yang ada. Ia tetap melanjutkan dzikirnya sampai tiba-tiba terdengar suara teriakan kencang dari sang gadis yang notabene merupakan arwah penghuni telaga tersebut yang diperkosa dan mayatnya di buang di telaga tersebut. Setelah itupun, kemudian airnya perlahan-lahan menjadi tenang. Dan airnya kembali terlihat jernih seperti sedia kala. Dan sejak saat itulah desa tersebut menjadi tenang kembali tanpa adanya terror mencekam dari telaga tersebut.
Karena Ridwan penasaran, maka ia mengambil sebuah batu kecil dan kemudian melemparkannya ke telaga tersebut. Setelah terdengar bunyi "plung" sebagai tanda batu tersebut telah tenggelam. Maka pada saat itu juga telaga tersebut berubah menjadi merah. Akhirnya, karena kaget bukan kepalang, Ridwan pun lari terbirit-birit bersembunyi ke dalam rumahnya. Dan tinggallah Agus yang mulai resah karena ia tahu benar apa yang akan terjadi setelahnya.
Keesokan paginya, warga pun menjadi gempar. Hal ini dikarenakan Ridwan telah meninggal dunia saat ia tengah menonton televisi. Ia terduduk diatas kursi dengan mata terbelalak. Dan kemudian warga pun menguburkannya dengan penuh duka. Mereka merasa kesal, cemas, dan takut, namun tak dapat berbuat apa-apa.
Karena resah, ada seorang warga yang berinisiatif untuk mencari dukun agar dapat mengatasi setan penunggu telaga tersebut. Seorang warga yang bernama Udin kemudian menemui seorang Dukun yang sudah cukup terkenal di daerahnya yang bernama Mbah Inem. Mbah Inem ini akhirnya tanpa ragu mendatangi telaga tersebut dan segera membacakan jampi-jampi saat tengah berada di sana. Baru saja ia memulai, telaga tersebut tiba-tiba saja airnya berubah kembali menjadi warna merah darah. Dan Mbah Inem pun pingsan seketika.
Setelahnya, Belum ada dukun yang berhasil menaklukkan si penunggu telaga tersebut. Namun pada suatu ketika, maka datanglah seorang Kyai yang menetap tinggal disana. Ia menetap disana karena pada perkampungan lainnya telah dipadati penduduk. Karena kebaikannya, para warga pun menyukainya dan mulai berguru agama padanya. Setelah itu, mereka pun mulai mendirikan masjid untuk beribadah. Dan lambat laun keangkeran telaga tersebut menjadi berkurang.
Kyai tersebut pun berinisiatif untuk berdzikir di tepi telaga tersebut. Dan kemudian ar telaga tersebut pun berubah warna menjadi merah darah, yang warnanya lebih pekat daripada yang sebelum-sebumnya. Air pun mulai bergejolak disertai dengan angin yang mulai berhembus kencang. Air telaga yang tadinya tenang tersebut mendadak pasang seakan hendak menenggelamkan desa tersebut.
Namun sang Kyai tersebut tak bergeming dengan keadaan yang ada. Ia tetap melanjutkan dzikirnya sampai tiba-tiba terdengar suara teriakan kencang dari sang gadis yang notabene merupakan arwah penghuni telaga tersebut yang diperkosa dan mayatnya di buang di telaga tersebut. Setelah itupun, kemudian airnya perlahan-lahan menjadi tenang. Dan airnya kembali terlihat jernih seperti sedia kala. Dan sejak saat itulah desa tersebut menjadi tenang kembali tanpa adanya terror mencekam dari telaga tersebut.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar