Himura Mansion atau yang juga disebut dengan Himikyru Mansion merupakan sebuah rumah terkutuk yang terletak di kawasan berbatu di perbatasan Kota Tokyo, Jepang. Himura Mansion sendiri merupakan suatu rumah yang paling ditakuti oleh para masyarakat di sekitar sana. Bahkan, pada siang hari pun Anda dapat melihat ada hantu yang bergentayangan di area terssebut dengan pakaian serba putih yang sedang melakukan berbagai macam aktifitas.
Keangkeran rumah tersebut dapat dilihat pada setting game horror yang terkenal, yaitu Fatal Frame 3: Horror Butterfly. Setting latar yang ada telah dibuat semirip mungkin dengan suasana aslinya yang tampak begitu mencekam.
Rumah ini begitu ditakuti karena adanya suatu portal yang akan terbuka dari rumah tersebut pada saat menjelang akhir tahun. Dan pada saat itu terjadi, maka akan membawa bencana yang sangat buruk bagi para penghuni desa di sekitarnya. Hal itu menimbulkan suatu trauma dan ketakutan yang mendalam bagi para masyarakat yang ada disana. Lalu, untuk menetralkannya, para masyarakat kemudian mengadakan suatu ritual untk mempersembahkan seorang gadis untuk menjadi tumbal agar tidak timbul suatu bencana.
Pada setiap tahun, akan dipilihlah seorang bayi perempuan yang dijadikan sebagai tumbal persembahan. Gadis itu akan dijaga dan dirawat secara diam-diam sampai mencapai usia tertentu di suatu ruangan di rumah secara tersembunyi. Setelah mencapai usia tertentu, maka gadis tersebut akan kemudian diikat dengan tali tambang pada bagian kedua tangan, kedua kaki, dan juga kepala. Setelah itu tali tersebut kemudian akan diikatkan kepada kawanan sapi yang akan ditarik menuju 5 arah yang berbeda secara bersamaan dengan sekuat tenaga. Maka tubuh sang gadis tersebut akan meti secara mengenaskan. Dan darah yang ada pada tali tambang itulah yang akan kemudian dijadikan persembahan dan diletakkan di depan portal tersebut.
Pada suatu ketika, terjadilah situasi yang tak terduga antara sang gadis persembahan kepada seorang pemuda. Sang gadis persembahan tersebut entah bagaimana ceritanya kemudian jatuh cinta kepada seorang pemuda yang akhirnya tergugah untuk mati-matian menyelamatkannya dari takdirnya sebagai gadis persembahan.
Ironisnya, usahanya untuk menyelamatkan gadis tersebut gagal total. Dan akhirnya gadis tersebut tetap dipersembahkan. Namun, walaupun telah dilakukan persembahan untuk rumah terkutuk tersebut, sayangnya persembahan tersebut tetaplah gagal karena adanya ikatan yang kuat antara sang gadis persembahan dan pemuda tersebut. Dan ritual tersebut dinilai tidak murni dan tidak memenuhi syarat untuk dijadikan tumbal dan menahan kutukan yang ada.
Akhirnya, tuan rumah yang ada murka kepada sang pemuda tersebut. Ia akhirnya membantainya beserta seluruh keluarganya dan juga keluarganya sendiri untuk menghindari karma kutukan yang akan terjadi setelahnya.
Namun, akibatnya adalah arwah-arwah yang dibunuh oleh kepala keluarga tersebut, malah bergentayangan dan mencoba untuk mengulangi ritual tersebut berulang kali menggunakan siapa saja yang berani memasuki bangunan tempat ritual yang telah ditinggalkan tersebut. Kemudian banyak penduduk yang melaporkan bahwa mereka melihat ada beberapa arwah berpakaian serba putih yang sedang menyiapkan sesaji untuk ritual, dan juga mencuci pakaian keperluan ritual.
Dan bila ada seseorang yang membidikkan kameranya kepada patung tanpa kepala yang berada di rumah tersebut, maka yang akan terlihat pada foto adalah sesosok gadis kecil yang mungkin merupakan salah satu gadis persembahan di tempat tersebut.
Selain itu, pada bagian luar rumah tersebut ada 7 orang yang telah dibunuh dengan cara yang mengerikan pula. Di rumah itu akan ditemukan bekas tangan berlumuran darah yang terpercik memenuhi seluruh permukaan dinding. Selain itu akan terlihat arwah-arwah gentayangan yang dapat terlihat di siang bolong sekalipun. Ada juga orang-orang yang tubuhnya hancur berantakan yang disertai dengan bekas tali yang ada di tangan mereka. Keangkeran tempat ini pun merupakan keangkeran yang paling mencekam dibandingkan tempat lainnya.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar